Penagar.id – Pemerintah India menegaskan tidak akan mengubah kebijakan energinya meskipun mendapat ancaman sanksi dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Langkah ini menunjukkan posisi independen New Delhi dalam menjaga kepentingan energi nasionalnya di tengah konflik geopolitik global.
Pernyataan dari dua pejabat senior India yang dikutip oleh New York Times mengindikasikan bahwa tidak ada arahan resmi dari pemerintah kepada perusahaan minyak untuk menurunkan atau menghentikan pembelian minyak dari Rusia.
“Pemerintah tidak memberikan arahan kepada perusahaan minyak,” ujar salah satu pejabat India seperti dikutip media tersebut.
Hingga kini, baik Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri India, maupun Kementerian Minyak dan Gas Alam India belum memberikan komentar resmi atas situasi tersebut.
Sebelumnya, pada pertengahan Juli, Trump melontarkan ancaman keras lewat platform Truth Social.
Ia menyebut India bisa dikenai tarif hingga 100 persen jika tetap menjalin kerja sama minyak dan senjata dengan Rusia—kecuali Rusia bersedia membuat “kesepakatan damai besar” dengan Ukraina.
Namun, dalam pernyataan berikutnya, Trump menyatakan sikap yang lebih lunak. Ia kemudian mengatakan bahwa ia tidak peduli apa yang dilakukan India dengan Rusia.
Kendati demikian, pada Jumat (1/8/2025), Trump kembali menyampaikan kepada awak media bahwa dirinya mendengar India akan menghentikan impor minyak dari Rusia.
Namun, pernyataan itu segera dibantah oleh pejabat dalam negeri India yang menyebut tidak ada perubahan kebijakan.
Menurut laporan Reuters, beberapa perusahaan minyak milik negara di India memang sempat menangguhkan pembelian minyak dari Rusia dalam beberapa pekan terakhir karena selisih harga yang tidak lagi signifikan.
Namun, langkah ini tidak berkaitan langsung dengan tekanan dari Amerika Serikat.
Rusia saat ini masih menjadi pemasok utama bagi kebutuhan energi India, berkontribusi terhadap sekitar 35 persen dari total impor minyak mentah negara tersebut.
Hubungan ekonomi strategis antara kedua negara dinilai terlalu penting untuk dikorbankan demi tekanan diplomatik dari pihak manapun.