Penagar.id – Sejumlah organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Gorontalo menggelar diskusi publik bertema “Merawat Persatuan, Memperkokoh Keragaman, dan Menolak Intoleransi di Bumi Serambi Madinah” pada Selasa (21/10/2025).
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Asrama Haji Gorontalo ini mempertemukan berbagai tokoh lintas iman dan nasionalisme.
Para tokoh yang hadir diantaranya perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Gorontalo.
Selain itu, hadir pula Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Gorontalo.
Ketua Pengurus Wilayah KAMMI Gorontalo, Rifaldi Halang, selaku perwakilan Cipayung Plus, menuturkan bahwa kegiatan ini digagas sebagai ruang bertukar gagasan guna memperkuat semangat toleransi dan kebinekaan di kalangan pemuda.
“Tujuan agenda ini adalah menguatkan semangat kepemudaan dalam menjaga semangat perbedaan lintas agama, lintas ideologi, dan lintas pemikiran. Kami menyebutnya sebagai dialog kebangsaan,” kata Rifaldi.
Ia menegaskan bahwa upaya Cipayung Plus tidak akan berhenti pada kegiatan dialog semata.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Kerukunan Pemuda yang melibatkan unsur pelajar dan mahasiswa dari berbagai kampus di Gorontalo.
“Kami ingin agenda seperti ini tidak sekadar menjadi diskusi, tetapi dilanjutkan dalam bentuk aksi nyata. Rencananya, kami akan membentuk satgas yang bisa berperan aktif di kampus maupun sekolah,” kata Rifaldi.
Melalui forum ini, Rifaldi berharap lahir semangat baru bagi generasi muda Gorontalo untuk terus merawat nilai-nilai kebangsaan dan menjaga keharmonisan dalam perbedaan.
“Mari berdinamika dan beretika, tapi tetap menjaga kerukunan lintas iman, lintas pemikiran, dan lintas ideologi,” kata dia.
Sebelum diskusi utama dimulai, para peserta terlebih dahulu mengumandangkan Deklarasi Pemuda Gorontalo yang berisi lima komitmen penting tentang persaudaraan dan penolakan terhadap segala bentuk intoleransi.
Rifaldi menjelaskan, deklarasi tersebut lahir dari refleksi terhadap kondisi sosial mahasiswa yang masih kerap mengalami gesekan karena perbedaan pandangan dan keyakinan.
“Kami melihat ada gesekan kuat antar mahasiswa, baik karena beda agama maupun sudut pandang ideologi. Karena itu, kami ingin anak muda bisa menjaga nilai-nilai perbedaan dan semangat kerukunan,” jelasnya.






