Penagar.id – Suasana belajar yang tak biasa dirasakan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Nusantara (STIKES Baktara) Gorontalo pada akhir pekan ini, Sabtu (25/10/2025).
Mata kuliah Pancasila yang biasanya berlangsung di dalam kelas, kali ini dilaksanakan di Riden Baruadi Gallery, sembari menyelami karya seni dan nilai-nilai ideologi bangsa.
Materi dalam Kegiatan tersebut diberikan oleh Rismunandar Katili, S.Kep., M.H, selaku dosen STIKES Baktara yang dikenal inovatif dalam metode pengajarannya.
Rismunandar mengusung konsep unik bertema “Pancasila dengan pendekatan seni sebagai pembelajaran di luar kampus” dengan tujuan agar mahasiswa dapat merasakan pengalaman belajar yang lebih hidup dan reflektif.
Belasan mahasiswa tampak menikmati suasana galeri yang penuh lukisan dan patung bernuansa lokal.
Mereka mengamati, berdiskusi, dan mencoba mengaitkan setiap karya seni dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Rismunandar mengatakan, kegiatan ini sengaja dirancang agar mahasiswa tidak hanya memahami Pancasila sebagai teori abstrak di buku teks, tetapi juga memaknainya dari pengalaman batin dan konteks sosial yang mereka lihat langsung.
“Melalui pendekatan seni, mahasiswa tidak hanya memaknai Pancasila dari sisi teori, tetapi juga dari nilai-nilai yang hidup dan dirasakan melalui karya seni,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan belajar di luar kampus seperti ini sekaligus menjadi ruang bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan para seniman lokal dan menggali pesan moral di balik setiap karya.
Dengan begitu, kata Rismunandar, mereka bisa menafsirkan lima sila Pancasila dari sudut pandang kreatif dan humanis.
“Medicine is a Science of The Art, sehingga kecerdasan menuntun kita untuk belajar dari apa pun dan dari siapa pun,” kata Rismunandar.
Sementara itu, salah satu mahasiswa peserta kegiatan, Marsha Mutia Rahman, mengaku mendapatkan pengalaman berbeda dari pembelajaran di luar kelas tersebut.
Ia mengaku sangat antusias terhadap metode belajar yang memadukan sejarah, seni, dan nilai kebangsaan tersebut.
“Kami sebagai mahasiswa bisa belajar tentang sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan melalui pengalaman langsung di museum Riden Baruadi Gallery,” kata Marsha.
Menurutnya, sarana yang ada dalam pembelajaran ini menimbulkan kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya dan serta sejarahnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dwi Cahyani Ajilahu. Menurutnya, metode pembelajaran di luar ruangan membuatnya lebih bebas berekspresi dan lebih mudah memahami nilai-nilai yang diajarkan.
Dwi menilai materi yang disampaikan oleh dosen sangat relevan dengan suasana di galeri. Menurutnya, mengamati karya seni secara langsung membuat proses belajar terasa lebih hidup dan tidak monoton.
Ia berharap model pembelajaran seperti ini tidak hanya menjadi kegiatan sesekali, tetapi bisa dijadikan agenda rutin kampus karena dianggap efektif meningkatkan motivasi belajar.
“Harapan saya untuk kedepannya yaitu untuk pembelajaran yang dilakukan di outdoor seperti ini ada baiknya di kembangkan lagi, agar para mahasiswa dapat lebih bisa menambah pengalaman dan juga pengetahuan,” katanya.






