Oleh : Wardoyo Dingkol.S.I.Kom.,M.I.Kom
Perubahan sosial di abad ke-21 berlangsung dengan kecepatan yang sulit diprediksi. Arus informasi mengalir tanpa henti, digitalisasi merambah seluruh aspek kehidupan, dan masyarakat dipaksa beradaptasi dengan teknologi komunikasi yang selalu berkembang.
Indonesia, dengan jumlah pengguna internet lebih dari 221 juta pada 2024 (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), menjadi contoh nyata bagaimana penetrasi teknologi mengubah cara individu berinteraksi, mengakses informasi, dan membentuk opini publik.
Di Gorontalo, provinsi yang dikenal sebagai “Serambi Madinah”, dinamika serupa juga terlihat. Masyarakat Gorontalo mengalami perubahan gaya hidup, pola komunikasi, hingga cara mengonsumsi informasi keagamaan dan budaya melalui media sosial, YouTube, hingga podcast.
Tantangan utama dari dinamika ini bukan hanya soal akses teknologi, melainkan juga kualitas literasi informasi. Banyak riset menunjukkan bahwa meningkatnya akses internet sering kali tidak diiringi dengan kemampuan kritis terhadap informasi. Hoaks, ujaran kebencian, hingga polarisasi sosial politik menjadi dampak nyata.
Dalam konteks masyarakat religius seperti Gorontalo, tantangan ini semakin kompleks, arus informasi yang bebas bisa berbenturan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang telah lama dipegang. Akibatnya, masyarakat dihadapkan pada dilema antara mempertahankan identitas kultural dan agama, atau menyesuaikan diri dengan gelombang modernisasi komunikasi yang serba cepat.
Di sinilah pentingnya perguruan tinggi, khususnya jurusan komunikasi, untuk tampil bukan sekadar sebagai penyedia ilmu, tetapi sebagai pusat transformasi sosial. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Sultan Amai Gorontalo hadir dengan modal unik, menggabungkan kajian komunikasi modern dengan landasan nilai-nilai Islam.
Berbeda dari jurusan komunikasi umum, KPI mengajarkan bahwa komunikasi bukan sekadar keterampilan teknis atau strategi pemasaran, melainkan juga bagian dari dakwah, suatu proses penyampaian pesan moral dan kebaikan yang harus dilakukan secara bijaksana, profesional, dan relevan.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam di wilayah timur Indonesia, IAIN Sultan Amai Gorontalo memiliki tanggung jawab ganda. Melahirkan sarjana komunikasi yang berkompeten secara teknis sekaligus memiliki sensitivitas nilai.
Dalam konteks ini, komunikasi transformatif menjadi pendekatan penting. Konsep ini menekankan bahwa komunikasi harus dirancang untuk membawa perubahan positif, membangun kesadaran, dan memberdayakan komunitas.
Dengan kata lain, komunikasi tidak boleh berhenti di tataran “memberi tahu”, tetapi harus mengajak, memfasilitasi dialog, bahkan merekonstruksi cara berpikir masyarakat agar lebih kritis, inklusif, dan terbuka terhadap perkembangan zaman.
Jurusan KPI dapat mengambil peran sebagai “jembatan peradaban” yang mempertemukan dua dunia yakni tradisi keilmuan Islam dengan perkembangan media modern.
Mahasiswa tidak hanya belajar teori komunikasi, tetapi juga praktik penyiaran melalui studio radio, produksi konten audio visual, jurnalistik online, hingga public relations berbasis digital.
Kurikulum yang dirancang tidak boleh terjebak pada hafalan konsep semata, melainkan diarahkan agar mahasiswa memahami konteks sosial, budaya, dan nilai yang hidup di Gorontalo. Inilah langkah awal agar lulusan KPI dapat menjadi agen perubahan, bukan sekadar pencari kerja.
Peran Strategis Jurusan KPI dalam Mencetak Agen Perubahan
Peran strategis KPI IAIN Sultan Amai Gorontalo terlihat jelas dari pendekatan akademik yang tidak hanya fokus pada pembelajaran teoritis, tetapi juga praktik lapangan dan pengabdian masyarakat. Salah satu contoh nyata adalah kegiatan KPI Camp yang dirancang untuk melatih mahasiswa mengasah keterampilan komunikasi secara langsung di tengah masyarakat.
Kegiatan semacam ini mengajarkan mahasiswa untuk memetakan audiens, memahami kebutuhan informasi masyarakat desa, dan memproduksi konten yang sesuai dengan karakter budaya lokal. Pengalaman lapangan seperti ini penting untuk melatih empati dan kecakapan sosial, dua kompetensi yang sangat dibutuhkan oleh komunikator profesional.
Selain kegiatan praktikum, keberadaan studio radio dan laboratorium komunikasi di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah menjadi bukti komitmen KPI untuk menyediakan sarana pembelajaran berbasis praktik.
Dengan fasilitas ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori penyiaran, tetapi juga memproduksi siaran radio, podcast, dan video dakwah yang relevan dengan isu-isu kekinian. Hal ini memperkuat kompetensi mahasiswa di era digital, di mana kemampuan mengelola media audio visual menjadi syarat penting untuk bersaing di dunia kerja.
Di tingkat kelembagaan, KPI memiliki potensi strategis untuk menjadi pusat literasi media di Gorontalo. Dengan jejaring alumni KPI dapat menjadi modal sosial untuk membangun ekosistem komunikasi yang sehat. Alumni-alumni ini tidak hanya berkiprah di dunia penyiaran dan jurnalistik, tetapi juga menjadi humas pemerintah, konsultan komunikasi, hingga aktivis sosial.
Keberadaan mereka membuktikan bahwa KPI bukan sekadar program studi akademis, tetapi juga sumber daya manusia yang siap bersaing di berbagai sektor strategis.
Lebih jauh, KPI dapat memposisikan diri sebagai mitra pemerintah daerah, media lokal, dan organisasi masyarakat sipil dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial melalui pendekatan komunikasi.
Misalnya, isu hoaks dan polarisasi politik di Gorontalo bisa ditangani dengan kampanye literasi digital yang dirancang mahasiswa KPI sebagai proyek akademik. Kolaborasi semacam ini tidak hanya memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa, tetapi juga memperkuat citra IAIN sebagai institusi yang solutif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Di sisi lain, nilai-nilai Islam yang menjadi ciri khas KPI memberi kerangka etika yang kuat dalam praktik komunikasi. Mahasiswa dibekali pemahaman tentang komunikasi dakwah, etika jurnalistik Islami, dan konsep amar ma’ruf nahi munkar yang diimplementasikan ke dalam produksi media modern.
Integrasi nilai ini penting di tengah era digital yang rawan manipulasi informasi dan ujaran kebencian. Dengan pendekatan yang berlandaskan etika, KPI bisa mencetak komunikator yang bukan hanya profesional, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral terhadap publik.
Roadmap Komunikasi Transformatif dan Masa Depan KPI IAIN Gorontalo
Untuk menjadikan KPI sebagai pusat komunikasi transformatif, diperlukan strategi jangka panjang yang terencana. Pertama, penguatan kurikulum berbasis proyek harus menjadi prioritas. Mahasiswa tidak boleh hanya diuji dengan ujian tertulis, tetapi juga diwajibkan menghasilkan produk komunikasi nyata yang berdampak sosial.
Proyek-proyek ini dapat berupa kampanye literasi media di sekolah-sekolah, produksi konten dakwah kreatif untuk media sosial, hingga program radio komunitas. Setiap proyek harus didampingi dosen dan dinilai berdasarkan dampak sosial, bukan hanya aspek teknis.
Kedua, KPI perlu membangun unit inkubator media yang menjadi wadah mahasiswa berkreasi sekaligus belajar berwirausaha. Inkubator ini dapat mengelola radio online, kanal YouTube, hingga layanan desain komunikasi untuk pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa terbiasa bekerja dalam ekosistem profesional sejak dini, sekaligus belajar mengelola media dengan prinsip etika dan tanggung jawab sosial.
Ketiga, pengembangan dosen dan tenaga pendidik menjadi langkah krusial. Dosen KPI harus dibekali pelatihan intensif terkait tren teknologi terbaru seperti artificial intelligence dalam media, analisis big data untuk riset komunikasi, hingga strategi komunikasi krisis. Dengan sumber daya dosen yang adaptif, mahasiswa akan mendapatkan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan industri.
Keempat, KPI harus memperkuat kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah, media lokal, dan organisasi keagamaan harus dilibatkan dalam program akademik, seperti magang, riset bersama, dan proyek sosial. Melalui kolaborasi ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari buku teks, tetapi juga langsung berinteraksi dengan realitas sosial. Sinergi ini sekaligus memperkuat posisi KPI sebagai pusat inovasi komunikasi berbasis nilai.
Terakhir, roadmap komunikasi transformatif harus mencakup penguatan literasi digital di tingkat masyarakat. Gorontalo memiliki potensi besar untuk menjadi contoh provinsi dengan masyarakat yang melek media. KPI dapat merancang modul literasi media berbasis kearifan lokal, sehingga nilai-nilai budaya dan agama Gorontalo tetap terjaga meski teknologi komunikasi terus berkembang.
Dengan strategi ini, KPI IAIN Sultan Amai Gorontalo dapat menjadi contoh bagaimana perguruan tinggi Islam menjawab tantangan zaman, tidak hanya mencetak sarjana yang siap kerja, tetapi juga melahirkan komunikator yang siap mengubah masyarakat. KPI akan menjadi pusat inovasi sosial, tempat di mana teori komunikasi, nilai agama, dan kreativitas mahasiswa bersatu untuk menghasilkan perubahan yang nyata.
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo memiliki modal besar untuk menjadi agen transformasi sosial. Fasilitas yang memadai, dosen yang berpengalaman, kurikulum berbasis nilai, dan jaringan alumni yang luas adalah fondasi untuk membangun komunikasi transformatif.
Di tengah dunia yang semakin digital dan kompleks, KPI hadir bukan sekadar untuk mengajarkan teori, tetapi untuk mencetak agen perubahan yang mampu memadukan teknologi komunikasi dengan nilai kemanusiaan dan agama. Ke depan, KPI tidak hanya menjadi kebanggaan IAIN, tetapi juga aset strategis bagi Gorontalo dan Indonesia.