Penagar.id – Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) menyatakan siap mengaktifkan sistem pertahanan kolektif usai serangan udara Israel menghantam Qatar pekan lalu.
Pernyataan itu menjadi salah satu keputusan penting dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GCC yang berlangsung di Doha, Qatar, sejak Senin (15/9/2025).
Dalam pernyataannya, GCC menegaskan bahwa koordinasi telah dilakukan di level militer untuk memperkuat apa yang mereka sebut sebagai “kemampuan pencegahan Teluk.”
Gagasan pembentukan aliansi pertahanan bersama yang menyerupai Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) disebut berasal dari Mesir, sebagaimana dilaporkan the New Arab.
Menurut laporan the National, rancangan tersebut mencakup komando bergilir antar 22 negara Liga Arab, dengan pasukan gabungan yang akan dipimpin oleh seorang sipil selaku sekretaris jenderal.
Komposisi kekuatan militer nantinya melibatkan unit darat, laut, udara, hingga pasukan komando.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Mohammed Al Ansari, menambahkan bahwa akan segera digelar pertemuan Komando Militer Terpadu GCC guna membahas langkah lanjutan.
Dalam laporan Al Jazeera, Al Ansari menyebut pernyataan bersama itu jelas menyerukan pertemuan komando tinggi yang akan digelar di Doha untuk membahas lebih jauh langkah yang bakal diambil untuk memastikan keselamatan dan pertahanan bersama negara anggota GCC, terpenuhi.
Dimana, kata dia, GCC berada dalam satu garis.
Sebagai informasi, anggota GCC yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, memang telah membentuk pakta pertahanan yang menyatakan serangan terhadap satu negara dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota.
Namun, di luar poin itu, hasil KTT kali ini lebih banyak berisi kecaman serta pernyataan solidaritas negara-negara Arab dan Muslim.
“Kami mengutuk sekeras-kerasnya serangan pengecut dan ilegal Israel terhadap Negara Qatar. Kami menanggapi dengan solidaritas penuh kepada Qatar dan mendukung langkah-langkahnya,” bunyi pernyataan bersama Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Komunike juga menegaskan dukungan terhadap sikap Qatar, mengecam ancaman berulang Israel, dan menolak segala bentuk agresi.
Serangan Israel ke Doha sebelumnya diklaim menyasar tokoh Hamas. Namun, Qatar sebagai mediator konflik menilai tindakan itu justru memperlihatkan pemerintahan Benjamin Netanyahu tidak serius dalam proses perdamaian.
Agresi Israel ini terjadi di tengah serangan berkelanjutan ke Palestina sejak Oktober 2023. Data terbaru menunjukkan lebih dari 64.800 warga Palestina tewas, sementara jutaan lainnya terpaksa mengungsi akibat konflik tersebut.