Penagar.id – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam keras serangan Israel ke Doha, ibu kota Qatar, sekaligus mendesak semua pihak segera melakukan langkah deeskalasi.
Pernyataan resmi itu dirumuskan bersama oleh Inggris dan Prancis, lalu disahkan seluruh 15 anggota dewan, termasuk Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel.
“Anggota dewan menggarisbawahi pentingnya deeskalasi dan menyatakan solidaritas mereka dengan Qatar,” bunyi keterangan DK PBB yang dilansir CNN Indonesia dari Al Jazeera, Rabu (11/9/2025).
Meski demikian, dokumen itu tidak secara gamblang menyebut nama Israel. Menurut sejumlah diplomat, Washington menolak penggunaan bahasa yang lebih tegas terhadap Tel Aviv.
Selain mengecam, DK PBB turut menyerukan agar Hamas segera membebaskan seluruh sandera. Dari lebih 40 orang yang masih ditahan, hanya sekitar 20 diyakini masih hidup.
Israel beralasan serangan ke Doha ditujukan untuk menghantam pimpinan Hamas. Lima anggota kelompok tersebut dilaporkan tewas, meski Hamas mengeklaim tokoh-tokoh utamanya selamat.
Korban juga jatuh di pihak Qatar. Beberapa anggota aparat keamanan dilaporkan tewas. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menegaskan negaranya tidak akan tinggal diam atas pelanggaran terhadap kedaulatan nasional.
Jassim Al Thani bahkan terbang ke markas PBB untuk menghadiri sidang darurat DK PBB. Ia menekankan Qatar tetap berkomitmen sebagai mediator dalam konflik Hamas–Israel, meski menilai serangan Israel bertujuan menggagalkan proses perundingan.
“Israel sedang menggerogoti stabilitas kawasan dengan gegabah,” kata Al Thani.
Dari sisi PBB, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Politik Rosemary DiCarlo menilai tindakan Israel semakin memperburuk keadaan.
“Serangan ini merupakan eskalasi yang mengkhawatirkan,” ujar DiCarlo.
Serangan Israel terhadap Qatar terjadi ketika gempuran di Gaza belum juga reda. Hingga kini, lebih dari 62 ribu warga Palestina dilaporkan meninggal dunia, sementara jutaan lainnya harus mengungsi akibat konflik yang tak kunjung berakhir.