Penagar.id – Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO), Prof. Dr. Abd. Kadim Masaong, M.Pd, angkat bicara menaggapi isu terkait program berasrama yang diterapkan kampus yang dipimpinnya tersebut.
Ia menjelaskan, program berasrama bukan merupakan bentuk tekanan atau kekerasan terhadap mahasiswa, melainkan bagian dari strategi pembentukan karakter dan pembiasaan hidup disiplin.
Pernyataan itu disampaikan Prof. Kadim dalam konferensi pers di Kampus UMGO, Kabupaten Gorontalo, Selasa (21/10/2025), menanggapi beredarnya konten media sosial yang menyoroti pelaksanaan program tersebut.
“Program Berasrama dirancang untuk membangun kesadaran dan tanggung jawab kepada mahasiswa dalam mewujudkan citra dirinya,” kata Prof. Kadim.
Menurutnya, CITRA yang dimaksud meliputi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual; serta membentuk pribadi yang berintegritas, inovatif, transparan, religius, amanah, dan akuntabel.
Berdasarkan nilai tersebut, UMGO menetapkan tagline: “Kuliah di UMGO Imannya kuat, Ilmunya tinggi, Akhlaknya baik, dan Soft Skillnya hebat.”
Program berasrama, kata Rektor, memiliki tiga tujuan utama, yakni membangun kebiasaan memperkuat iman dan tertib beribadah, membiasakan pola belajar yang efektif, serta membentuk kedisiplinan dalam mengatur waktu dan istirahat agar mahasiswa tetap sehat dan bugar.
Prof. Kadim menjelaskan, UMGO sebagai amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah berpegang teguh pada prinsip dakwah bil hikmah, mengajak pada kebaikan dengan kebijaksanaan, bukan dengan kekerasan.
“Muhammadiyah mengajarkan Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, bukan dengan kekerasan atau penindasan,” ujar Prof. Kadim.
“Kalau UMGO menggunakan pendekatan kekerasan, tidak mungkin jumlah mahasiswa baru meningkat setiap tahun,” tegasnya.
Rektor menyebut, jumlah mahasiswa baru UMGO tahun ini mencapai 1.070 orang. Menurutnya, ini menjadi bukti kepercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan berasrama.
Dalam kesempatan itu, Prof. Kadim juga menyinggung konten live media sosial “Mak Angus” yang menurutnya diprakarsai oleh dosen nonaktif Magfirah Makmur.
“Bagi Ibu Magfirah Makmur lima hari itu sudah sangat memadai waktunya memproklamirkan diri sebagai pejuang kebenaran dan keadilan serta menggiring opini sebagai manusia paling benar di UMGO,” ujarnya.
“Sedangkan bagi saya, lima hari ini sangat memadai pula untuk menghimpun semua pernyataannya dan histori perilaku hidup Ibu Magfirah di UMGO sebagai literasi membuat konferensi pers hari ini,” sambung Prof. Kadim.
Ia juga menilai tindakan itu sebagai langkah yang keliru karena menyerang institusi tempatnya mengabdi.
“Jika rektor diserang berarti Ibu Magfirah menyerang institusinya sendiri sebagai tempat mengabdi dan mendapat imbalan rezeki. Jika institusi yang Ibu Magfirah serang berarti menyerang Muhammadiyah sebagai pendirinya,” tegasnya.
Ia berharap, melalui konferensi pers tersebut, pimpinan UMGO berharap publik mendapatkan pemahaman utuh tentang arah dan tujuan program berasrama, yang menurutnya sejalan dengan misi dakwah Muhammadiyah dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan tanpa kekerasan.
Untuk diketahui, konfrensi pers ini juga dihadiri oleh Badan Pembina Harian (BPH) UMGO, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Gorontalo serta seluruh civitas akademika di kampus tersebut.