Penagar.id, NASIONAL – Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi telah memperkenalkan istilah baru dalam dunia jurnalistik, yaitu jurnalisme robot.
Jurnalisme robot atau robotic journalism semakin mendapat perhatian dalam industri media di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Menggunakan kecerdasan buatan (AI), jurnalisme robot memungkinkan mesin untuk menghasilkan berita secara otomatis, mulai dari laporan data hingga artikel panjang, tanpa intervensi manusia.
Inovasi ini telah mengubah cara media bekerja dan membuka jalan baru dalam penyajian informasi.
Beberapa media besar dunia, seperti The Washington Post dan Associated Press, telah memanfaatkan teknologi ini untuk menulis berita cepat, terutama di bidang keuangan, olahraga, dan cuaca sejak 2017 lalu.
Sistem AI dirancang untuk menganalisis data, menyusun laporan, dan menerbitkan artikel dalam waktu yang sangat singkat—bahkan hanya dalam hitungan detik setelah data tersedia.
Selain kecepatan, keuntungan lain dari jurnalisme robot adalah efisiensi.
Dengan algoritma yang canggih, media dapat menghasilkan banyak berita secara bersamaan, menghemat biaya tenaga kerja, dan memberikan informasi secara real-time kepada publik.
Meskipun begitu, muncul kekhawatiran terkait akurasi, etika, dan hilangnya peran jurnalis manusia.
Banyak yang berpendapat bahwa AI hanya dapat menangani laporan berbasis data, sedangkan jurnalis manusia tetap diperlukan untuk investigasi, analisis mendalam, dan memahami konteks sosial serta emosional dalam setiap berita.
Dengan demikian, jurnalisme robot diprediksi akan menjadi pelengkap, bukan pengganti, bagi jurnalisme tradisional.
Seiring berjalannya waktu, teknologi ini akan semakin berkembang dan mungkin akan menciptakan kolaborasi yang lebih erat antara mesin dan manusia di ruang redaksi.
Pertanyaan yang muncul adalah, sejauh mana jurnalisme robot akan mempengaruhi masa depan industri media dan bagaimana masyarakat akan menerima konten yang diproduksi oleh mesin?(*)