Iklan Platfrom Recreative - Scroll untuk lanjut
Nasional

Krisis Pengangguran Gen Z Indonesia Disorot Media Asing

×

Krisis Pengangguran Gen Z Indonesia Disorot Media Asing

Sebarkan artikel ini
Pencari kerja antre mengikuti Mega Career Expo Jakarta di gedung Serbaguna Senayan, Jakarta, Jumat (17/5/2024).(Foto : Kompas.id)
Pencari kerja antre mengikuti Mega Career Expo Jakarta di gedung Serbaguna Senayan, Jakarta, Jumat (17/5/2024).(Foto : Kompas.id)

Penagar.id – Kondisi ketenagakerjaan generasi muda di Indonesia kini menjadi sorotan tajam media internasional. Beberapa media asing seperti Channel News Asia (CNA) dari Singapura dan Al Jazeera dari Timur Tengah mengangkat persoalan serius terkait meningkatnya angka pengangguran di kalangan Gen Z Indonesia, yang kesulitan mendapatkan pekerjaan meski telah mengantongi gelar sarjana.

Dalam laporan bertajuk “Indonesia has 44 million youths. It’s struggling to get them jobs,” Al Jazeera menyoroti kisah pilu lulusan perguruan tinggi yang menghadapi realitas pahit di dunia kerja.

Salah satu contohnya adalah Andreas Hutapea, lulusan hukum yang telah dua tahun mencari pekerjaan namun tak kunjung diterima.

> “Hutapea tidak sendiri mengalami kesulitan mencari pekerjaan yang stabil dan bergaji tinggi. Indonesia punya salah satu tingkat pengangguran muda-mudi tertinggi di Asia,” demikian laporan Al Jazeera.

Baca Juga :  Kronologi Pendakian Carstensz yang Berujung Meninggalnya 2 Pendaki

Laporan itu mencatat bahwa sebanyak 16 persen anak muda usia 15-24 tahun di Indonesia berada dalam status pengangguran, dari total lebih dari 44 juta penduduk usia muda.

Persentase ini bahkan disebut dua kali lebih tinggi dibandingkan Thailand dan Vietnam.

Lebih lanjut, Al Jazeera mengutip data dari ISEAS-Yusof Ishak Institute yang menunjukkan tingkat pesimisme ekonomi dan kepercayaan terhadap pemerintah lebih tinggi di kalangan pemuda Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Senada dengan itu, CNA turut menyoroti keluhan para lulusan muda yang tak kunjung terserap pasar kerja, dalam artikelnya yang berjudul “‘Didn’t expect to struggle like this’: Indonesian workers in a bind as budget cuts, global headwinds bite”.

Salah satu yang bersuara adalah Marsha Dita (22), lulusan perguruan tinggi yang mengaku telah melamar lebih dari 100 pekerjaan tanpa hasil.

Baca Juga :  Respon DJP Soal Coretax Kerap Eror dan Setoran Negara Terancam Anjlok

“Saya sedikit tak menduga akan berjuang seperti ini,” kata Marsha, yang dikutip oleh CNA.

“Saya sengaja mendaftar kuliah dan mendapat gelar sarjana agar bisa bekerja, tapi ternyata mendapatkan gelar sarjana saja tidak menjamin apa pun,” ucapnya, ketika datang ke sebuah job fair di Jakarta Selatan.

Fenomena ini mencuat setelah insiden kericuhan dalam bursa kerja di Bekasi pada akhir Mei lalu.

Baca Juga :  Perkuat Pertahanan IKN, Prabowo Lantik 500 Komcad

CNA menyebut peristiwa tersebut menggambarkan betapa beratnya perjuangan masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda, dalam memperoleh pekerjaan di tengah tekanan ekonomi global dan pembatasan anggaran nasional.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip CNA menunjukkan bahwa per Februari 2025, jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta orang, naik 83 ribu jiwa dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

CNA juga menyinggung bahwa banyak dari para pemuda yang akhirnya terpaksa bekerja di sektor informal tanpa kepastian pendapatan tetap, tunjangan kesehatan, maupun jaminan sosial lainnya.

PHK massal dan tekanan ekonomi telah membuat situasi semakin sulit bagi mereka yang baru menapaki dunia kerja.