Kesehatan

Dari Ruam hingga Komplikasi Berat, Ini Fakta Penting Campak pada Anak

×

Dari Ruam hingga Komplikasi Berat, Ini Fakta Penting Campak pada Anak

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi campak.(Foto: iStock)
Ilustrasi campak.(Foto: iStock)

Penagar.id – Campak merupakan salah satu penyakit menular yang ditandai dengan demam tinggi, ruam, dan radang.

Meski begitu, masyarakat sering kali keliru membedakan campak dengan penyakit lain yang memiliki gejala serupa. Untuk memastikan diagnosis, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Dari anamnesis ditanyakan, kapan timbulnya, demamnya bagaimana,” kata Prof Dr dr Edi Hartoyo, SpA, SubspKardio(K) dalam Seminar KLB Campak pada Anak dan Update Rekomendasi Vaksinasi IDAI, Rabu (27/8/2025) dilansir detikcom.

“Kemudian ada riwayat kontak dengan penderita campak atau enggak, nanti laboratorium mendukung atau enggak. Ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan,” jelasnya.

Prof Edi menjelaskan, campak memiliki tiga stadium utama. Pertama adalah stadium prodromal, ditandai demam yang bisa mencapai lebih dari 38,5°C, disertai batuk, pilek, mata merah dan berair, serta munculnya koplik spots, yaitu bintik putih kecil pada bagian dalam pipi.

Baca Juga :  Wetland Virus Disebut Bisa Rusak Otak

“Biasanya hari pertama sampai hari ketiga, anaknya demam tinggi, kemudian tidak mau turun dengan obat-obat penurun demam, kemudian hari ke-4 ke-5 ke-6,” terangnya.

“Kemudian timbul muncul merah-merah ya, di kepala dulu, kemudian menyebar di seluruh tubuh, serta ada batuk pilek dan matanya merah, jadi khas ini ya,” tambahnya.

Tahap berikutnya adalah stadium ruam, ketika bercak merah mulai muncul dari kepala dan menyebar ke seluruh tubuh selama 5–6 hari. Setelah itu masuk ke fase ketiga, yaitu stadium penyembuhan.

Baca Juga :  Mengapa Power Nap Penting bagi Tubuh Kita? Berikut Penjelasannya

“Setelah timbul ruam, nanti hari ke-3 ke-4, akan pada stadium penyembuhan, panasnya akan turun, bekas yang merah ini akan jadi hitam, namanya hiperpigmentasi, kemudian dia akan mengelupas sembuh, kalau tidak ada komplikasi,” lanjut Prof Edi.

Meski sebagian besar anak bisa pulih, campak berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Infeksi paru-paru, diare, radang otak, hingga radang telinga merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.

Faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap campak antara lain sistem imun lemah, gizi buruk, penggunaan obat steroid jangka panjang, hingga bepergian ke daerah endemis tanpa kekebalan memadai.

Risiko juga lebih tinggi pada anak yang antibodi pasifnya sudah menurun beberapa tahun setelah imunisasi.

Baca Juga :  Kemenkes : Kasus DBD Meningkat Tiba Musim Hujan

“Kemudian, anak-anak yang antibodi pasifnya sebelumnya hilang, misalnya, dia sembilan bulan imunisasi, kemudian nanti dia rata-rata akan hilang antibodinya, sekitar 4 tahun dia akan menurun, sehingga risiko bisa terkena campak akan lebih besar,” ungkap Prof Edi.

Selain itu, kondisi seperti malnutrisi, defisiensi vitamin A, ibu hamil, dan anak-anak dengan status imun rendah dapat memperberat infeksi campak.

Oleh karena itu, pencegahan melalui imunisasi dan perbaikan gizi menjadi langkah penting dalam menekan angka kasus campak di masyarakat.

** Baca berita pilihan menarik lainnya langsung di ponselmu di Channel WhatsApp Penagar.id. Klik disini